Kebijakan fiskal dan moneter pemerintah menjadi sorotan utama dalam menghadapi krisis ekonomi global yang sedang melanda. Dua instrumen kebijakan ini dianggap sebagai strategi utama untuk merespons gejolak ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19.
Menurut Ahli Ekonomi senior, Dr. Budi Susanto, “Kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah harus mampu merangsang pertumbuhan ekonomi dan mengatasi ketimpangan sosial yang semakin meningkat”. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi melalui stimulus fiskal seperti peningkatan belanja pemerintah dan insentif pajak.
Sementara itu, kebijakan moneter yang diatur oleh Bank Indonesia juga turut berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan inflasi dalam menghadapi krisis ekonomi global. “Kebijakan moneter yang akomodatif perlu dipertahankan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.
Namun, tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan kebijakan fiskal dan moneter tidaklah mudah. Koordinasi antara pemerintah dan bank sentral menjadi kunci utama dalam menjaga konsistensi dan efektivitas kebijakan yang diambil. “Ketidakseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter dapat berdampak negatif terhadap perekonomian,” kata Ekonom Senior, Prof. Dr. Ani Wibowo.
Dalam menghadapi krisis ekonomi global, sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter pemerintah menjadi hal yang sangat penting. Keduanya harus saling mendukung dan berjalan sejalan untuk mencapai tujuan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Kita harus bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan ekonomi global ini. Kebijakan fiskal dan moneter pemerintah harus menjadi instrumen utama dalam merespons krisis ini.”